Sambutan Menteri Koordinator Kemaritiman RI, 2014-2015


Prof.Dr.Ir. Indroyono Soesilo M.Sc

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh; Salam sejahtera bagi kita semua; Shalom; Om Swastiastu; Namo Buddhaya; Salam Kebajikan.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan rasa bangga, kami mengucapkan selamat atas peluncuran buku Biografi Teddy Kardin, salah satu alumni Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan lebih dari 17.504 pulau membentang 5100 kilometer di sepanjang khatulistiwa, dengan potensi sumberdaya yang luar biasa. Tak hanya dari aspek ekonomi maupun budayanya, tetapi juga Sumber Daya Alam (SDA)-nya. Karena itu, untuk mengelola sumberdaya Indonesia yang sedemikian luar biasa ini, tak hanya dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas, tetapi juga manusia Indonesia yang berkarakter kuat, memiliki jiwa kesatria, dan seorang pemimpin yang tangguh.

ITB di usianya yang telah lebih dari 100 tahun, berdiri tahun 1920, telah mencetak lebih dari 130.000 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia maupun luar negeri. Bahkan dua orang presiden Indonesia, yaitu Ir. Soekarno dan Dr.B.J. Habibie, serta seorang Perdana Menteri, Ir.H. Djuanda, lahir dari kampus ini.

Kini sudah tak terhitung jumlahnya yang telah sukses, bahkan menduduki jabatan jabatan publik di negeri ini. Tetapi hanya satu orang saja yang menjadi Teddy Kardin, yaitu seorang insinyur yang rela meninggalkan gaji dolar dan fasilitas nyaman untuk pergi ke medan operasi militer, tanpa dibayar, demi memenuhi panggilan Ibu Pertiwi.

Teddy Kardin adalah alumni ITB yang ‘dicetak’ pada era tahun 70-80-an, saat proses belajar mengajar di kampus baru saja memasuki era modern dengan sarana dan prasarana fisik kampus yang mulai membaik. Pada masa yang sama, kondisi sosio-politik dan ekonomi Indonesia juga baru beralih dari Orde Lama ke Order Baru. Kondisi ini tentu amat mempengaruhi pertumbuhan intelektual dan emosional Teddy di kemudian hari.

Ilmu pengetahuan yang diserapnya di kampus (knowledge development) terus berkembang pada saat ia bekerja sebagai geolog lapangan (skill development), ditambah pertemuannya dengan kearifan lokal masyarakat adat Dayak di pulau Kalimantan, Suku Anak Dalam (SAD) di Jambi, dan suku-suku lain di Nusantara ini. Hal tersebut membuat Teddy Kardin bertransformasi dari hanya seorang insinyur yang gemar berkelahi berubah menjadi seorang jungle survival, ahli navigasi dan geolog yang suka menolong dan berjiwa patriot.

Sebelumnya, Teddy Kardin memang bertumbuh bersama misi kampus yang mengemban pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi untuk pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat. Hal ini tentu sangat mempengaruhi semangat keilmuan Teddy Kardin dan para mahasiswa seangkatannya yang tidak hanya unggul secara ilmu pengetahuan tetapi yang lebih penting lagi insinyur yang membumi. Barangkali ini pula yang mendorong seorang Teddy menjadi geolog lapangan yang kemudian menyatu dengan alam dan manusia di dalamnya serta menyerap kearifan lokal masyarakat adat Dayak yang tidak didapatkannya di ruang-ruang kelas di kampus.

Kita menduga bahwa ‘pertukaran pengetahuan’ sebagaimana yang dilakoni oleh Teddy Kardin adalah sebuah faktor kunci dalam penciptaan nilai tambah (added value) untuk dapat menjawab berbagai permasalahan (problem-solving) yang kita temukan di tengah-tengah masyarakat. Dimana Teddy Kardin telah melakukan interaksi sosial dan komunikasi yang intens atas dasar keterbukaan dan saling percaya, serta bersifat konsultatif dengan berbagai pihak, terutama ketika ia bergaul intim dengan masyarakat Dayak di Kalimantan, Suku Anak Dalam (SAD) di Jambi, anggota organisasi Wanadri, perusahaan asing tempatnya bekerja hingga keterlibatannya dalam berbagai operasi militer bersama TNI di kemudian hari.

Oleh sebab itu sosok Teddy Kardin adalah manifestasi dari nilai-nilai yang kita sebutkan di atas tadi, dimana ITB pun terus berupaya mendorong para mahasiswa maupun alumninya menciptakan nilai tambah lewat pertukaran pengetahuan (knowledge exchange) tersebut. Baik antar individu di dalam organisasi, maupun di antara organisasi-organisasi untuk menjawab berbagai tantangan global. Apalagi dengan semakin meluasnya pemanfaatan teknologi digital yang membuat sirkulasi pengetahuan berlangsung sangat cepat dan dapat menjangkau berbagai pihak.

Pengalaman Teddy kardin membuktikan, bahwa pengetahuan yang diperolehnya di kampus, tidak saja linier dengan dunia kerjanya tetapi juga memiliki spektrum yang lebih luas lagi ke bidang-bidang lain dengan cara menambahkan nilai yang diperoleh dari pertukaran pengetahuan dengan berbagai elemen masyarakat. Meskipun kompetensi akademik yang Teddy dapat dari ITB adalah modal yang sangat penting, namun interaksi sosialnya dengan realitas di luar kampus juga tak kalah penting dalam hal pembentukan karakter dan kompetensinya yang terpadu. Dimana Teddy tetap memegang budaya dan prinsip-prinsip ilmiah sebagai fondasi setiap kali persoalan yang ia temukan di kemudian hari. Baik dalam dunia profesi sebagai seorang geolog maupun ketika ia membantu ABRI menegakan kedaulatan NKRI.

Oleh sebab itu, bersama diterbitkannya buku Biografi Teddy Kardin ini kami berharap, spirit yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan contoh bagi generasi milenial maupun gen z di Indonesia yang jumlahnya sekitar 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat ini. Dimana penguasaan akan ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian profesi yang blended dengan rasa cinta tanah air merupakan modal utama bangsa ini mengarungi persaingan global. Sebab, untuk menjadi bangsa yang besar, maju dan bermartabat, dalam rangka menyongsong Indonesia emas tahun 2045, kita membutuhkan lebih banyak lagi ‘Teddy Kardin-Teddy Kardin’ yang lain.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia kepada kita dan seluruh bangsa Indonesia.

Amin, Amin YRA. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Jakarta, 14 Juli 2023

LihatTutupKomentar
Cancel