Mengayau Musuh Negara
beberapa orang dayak di foto ini diajak Prabowo berperang ke Timtim |
Oleh: Alexander Mering
Suatu hari Teddy dipanggil Prabowo ke ruangannya. Perwira itu ingin pasukannya dilatih cara-cara membaca jejak. Ia sudah kerap mendengar Teddy menceritakan pengalamannya saat hidup di hutan Kalimantan bersama orang-orang Dayak, termasuk bagaimana mengesan jejak di hutan. Karena itulah Teddy diminta Prabowo melatih para prajuritnya keterampilan tersebut.
“Kang Teddy. Saya ingin prajurit kita
dilatih Sanjak[1].”
“Siap Mas. Tapi kalau itu bukan saya
ahlinya, tetapi sahabat-sahabat saya orang Dayak.”
Teddy merendah. Meskipun ia sudah banyak
belajar dari orang-orang Dayak di Kalimantan, bahkan sudah menguasai
keterampilan itu, tetapi ia tidak berani mengklaim dirinya ahli di bidang
tersebut. Bagi Teddy mengesan jejak adalah indigenous
knowledge milik suku Dayak yang telah menganggapnya sebagai saudara saat
bekerja di tanah Borneo.
Karena itu bagi Teddy orang-orang Dayak itulah
native Sanjak sebenarnya. Merekalah
yang paling memahaminya, dan pantas menjadi instruktur Sanjak yang asli.
Sedangkan dirinya hanyalah murid yang kebetulan beruntung pernah belajar ilmu
tersebut. Ia pun langsung teringat pada Lawing, Pak Imang, Blareq dan saudara-saudaranya
orang Dayak di Kaltim.
“Kalau begitu panggil mereka segera!”
Suara Prabowo membuyarkan lamunannya. Teddy
menjawab tangkas.
“Siaap!”
Teddy pun bergerak cepat. Hanya dalam hitungan minggu ia pun berhasil menghadirkan 7 orang Dayak untuk menjadi instruktur pelatihan Sanjak di Cilodong. Berturut-turut nama mereka adalah Lagi, Niang, Lawing, Blareq, Tolan, Paik Imang, dan Ibau Batasai.
Baca juga: Negara Memanggilmu Hari Itu...
Lagi dan Niang berasal dari Long Merah,
yaitu sebuah kampung yang terletak di pedalaman anak dari Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Orang-orang sering menyebut mereka suku Punan Merah. Lawing,
Blareq, Pak Imang dan Ibau berasal dari Kampung Long Bagun, yaitu sebuah
kampung di Mahakam Ulu, sedangkan Tolan berasal dari kampung Tumbang Jojang,
Barito Utara.[2]
Dia adalah peserta paling muda dari rombongan Dayak tersebut. Tentu saja
kehadiran orang-orang Dayak itu mengundang perhatian para prajurit. Mereka
tambah bersemangat karena dilatih langsung oleh instruktur asli yang
berkompeten.
Prabowo tak hanya memberi perintah kepada
Teddy. Sebagai komandan ia hadir langsung hampir dalam setiap sesi pelatihan.
Prabowo memperhatikan dengan seksama ketujuh instruktur Dayak tersebut beraksi.
Di sela-sela jam istirahat Prabowo menyempatkan diri ngobrol ringan dengan para
instruktur itu, salah satunya Pak Imang. Usia Pak Imang sekitar 50 tahun, lebih
tua dari yang lainnya.
[1] Singkatan dari Mengesan Jejak.
Sanjak merupakan salah satu materi pokok yang harus dikuasai setiap prajurit
dalam mengenali tanda-tanda yang ditinggalkan oleh orang atau binatang di medan
operasi/perang, termasuk untuk menganalisa jumlah dan pergerakan musuh.
[2] Setelah pemekaran Kabupaten
Barito Utara Tahun 2002, desa ini masuk ke dalam wilayah administratif
Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.